OSPEK adalah singkatan
dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. OSPEK merupakan salah satu kegiatan
kampus yang diikuti para calon mahasiswa baru sebelum menjalani aneka prosesi
perkualiahan di suatu perguruan tinggi.
Cek relevansi teori dengan Fakta
Di Lapangan!
Sesuaikah ??
Jawab : Sedikit Sekali
Jadi buat apa dipertahankan ????
10 Alasan Mengapa Ospek Harus Dihapuskan Dari Sistem Pendidikan di
Indonesia
.
Bagi saya sendiri,
OSPEK adalah budaya PEMBODOHAN yang terus
dilestarikan untuk memenuhi kepuasan nafsu kekuasaan dan ekspresi agresifitas
sekelompok orang semata dalam lingkungan pendidikan. Berikut ini 10
alasan mengapa OSPEK harus dihapuskan dari sistem pendidikan di Indonesia :
1. OSPEK hanya melestarikan budaya feodal dengan mewajibkan para peserta
untuk menghormati paksa senior dan menuruti segala kehendak senior. Hanya
terkesan memuaskan para senior yang ‘sok gila kuasa’ dan menganggap rendah
status mahasiswa baru tak lebih sebagai budaknya.
2. Pelaksanaan OSPEK selama ini yang bermaksud menanamkan kedisiplinan
dengan hukuman dan bentakan hanyalah sebuah bentuk militerisasi dalam kampus.
Ini adalah bentuk KEMUNAFIKAN mahasiswa yang katanya anti militerisme dalam
kampus tetapi malah melestarikan militerisme dari waktu ke waktu.
3. Penanaman nilai-nilai baru dalam waktu yang singkat dan dalam tekanan
adalah sangat TIDAK EFEKTIF ditinjau dari faktor psikologi. Mahasiswa yang
tidak tidur ataupun kelelahan karena mengerjakan setumpuk tugas tidak memiliki
kesiapan maksimal untuk menerima informasi baru.
4. Pembuatan aneka atribut yang aneh-aneh merupakan suatu pemborosan uang
dan waktu semata, tak sebanding dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam
serangkaian aneka atribut tersebut.
5. Thorndike, seorang ahli psikologi pembelajaran menyatakan bahwa hukuman
tidak efektif untuk meniadakan suatu perilaku tertentu. Begitu halnya dengan
hukuman dan sanksi pada OSPEK tidak akan efektif membuat seorang mahasiswa
untuk menghilangkan perilaku-perilaku buruknya.
6. Kekuasaaan sangat dekat dengan kekerasan, maka tak heran jika panitia
yang memiliki wewenang dan derajat lebih tinggi dari mahasiswa baru akan
melakukan kekerasan baik fisik maupun psikis kepada mahasiswa baru.
7. Tak dapat dipungkiri bahwa terkadang OSPEK merupakan sarana balas dendam
bagi senior atas perlakuan kakak kelas yang mereka alami pada waktu dulu. Rasa
dendam akan selalu muncul dalam segala perlakuan yang menyakitkan, namun
berhubung OSPEK adalah sesuatu yang dilegalkan sehingga kesempatan membalas
hanya mungkin dilakukan pada OSPEK tahun berikutnya.
8. OSPEK memang terbukti mengakrabkan para mahasiswa, namun proses keakraban
pada mahasiswa akan terjadi dengan sendirinya ketika mahasiswa mulai
beraktivitas dalam kampus tanpa perlu dipaksakan dalam suatu penderitaan.
9. Setiap orang memiliki kerentanan psikologis yang berbeda-beda, sehingga
hukuman yang serampangan ataupun perlakuan yang menekan mental pada OSPEK dapat
menimbulkan suatu TRAUMA PSIKOLOGIS tersendiri bagi beberapa orang. Trauma ini
pada akhirnya akan menimbulkan abnormalitas kejiwaan seseorang.
10. Kenangan dalam OSPEK hanya menciptakan romantisme tertentu ketika
diceritakan beberapa waktu setelah OSPEK, namun tentunya setiap orang tidak
ingin mengalami OSPEK untuk beberapa kali lagi. Ini merupakan bukti bahwa
setiap orang tidak menginginkan OSPEK terjadi lagi dalam hidup mereka. *Coba
tanyakan juga pada mahasiswa baru tentang kesan OSPEK.
10 Alasan diatas sudah cukup untuk menghapuskan OSPEK dari sistem pendidikan
di negara kita.
Solusi yang saya tawarkan untuk mengganti OSPEK, yaitu :
Pemberian informasi mengenai lingkungan kampus dan sekitarnya dapat
dilakukan dalam satu matakuliah umum dalam beberapa kali pertemuan, yang
kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan-kegiatan dalam kelompok yang dipandu
dan difasilitator oleh mahasiswa yang lebih senior. Dinamika kelompok kecil
akan lebih terasa dibandingkan kelompok besar, sehingga keakraban antar
mahasiswa dalam kelompok maupun antar kelompok pun akan semakin terjalin dengan
baik.
Penanaman nilai-nilai dan informasi baru sangat efektif dilakukan
dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dalam rupa permainan-permainan
ringan tanpa hukuman. Hadiah telah terbukti efektif dalam membentuk dan
mempertahankan suatu perilaku baru.
Sistem Kredit Poin per Materi dapat juga digunakan sebagai hadiah (rewards).
Misalnya 1 poin untuk datang tepat waktu, 1 poin untuk kerapian, 1 poin untuk
mengenal denah gedung kuliah. Jika mahasiswa tidak memperoleh standar poin
tertentu, mahasiswa harus mengulang kegiatan tersebut di tahun depan ataupun
pengurangan jumlah sks yang diambil.
Hal yang
menyenangkan akan selalu diingat sebagai kenangan yang